Modul Ajar Berdiferensiasi adalah bahan ajar yang dirancang khusus dan disesuaikan untuk beragam gaya belajar dan tingkat pemahaman siswa. Penggunaan modul ini memungkinkan guru untuk menyampaikan materi pelajaran dengan lebih variatif dan menarik, sehingga dapat meningkatkan minat dan partisipasi aktif siswa dalam proses belajar mengajar.
Implementasi Modul Ajar Berdiferensiasi ini bukan berarti menggantikan peran guru, tetapi justru membantu guru dalam menyediakan pendekatan yang lebih efektif dan inklusif. Setiap siswa berbeda, dan dengan pendekatan ini, kami ingin memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang sesuai dengan potensi masing-masing.
Dalam Pembelajaran diferensiasi ada beberapa gaya belajar yang bisa dipakai. Diferensiasi visual, auditori, dan kinestetik adalah strategi pembelajaran yang mempertimbangkan gaya belajar peserta didik yang berbeda-beda. Gaya belajar tersebut adalah:
Kinestetik
Gaya belajar yang menggunakan gerakan fisik untuk memahami materi. Peserta didik yang bertipe kinestetik lebih mudah memahami materi jika berpartisipasi secara fisik dalam proses pembelajaran.
Visual
Gaya belajar yang menggunakan indra penglihatan untuk memahami materi. Peserta didik yang bertipe visual lebih mudah memahami materi baru jika melihat terlebih dahulu.
Auditori
Gaya belajar yang menggunakan indra pendengaran untuk menangkap informasi. Peserta didik yang bertipe auditori lebih mudah memahami materi jika mendengarkan penjelasan lisan dari guru.
Apa itu Pembelajaran Berdiferensiasi?
Pembelajaran berdiferensiasi adalah teknik instruksional atau pembelajaran di mana guru menggunakan berbagai metode pengajaran untuk memenuhi kebutuhan individual setiap siswa sesuai dengan kebutuhan mereka. Kebutuhan tersebut dapat berupa pengetahuan yang ada, gaya belajar, minat, dan pemahaman terhadap mata pelajaran.
Pada dasarnya, pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan setiap guru untuk bertemu dan berinteraksi dengan siswa pada tingkat yang sebanding dengan tingkat pengetahuan mereka untuk kemudian menyiapkan preferensi belajar mereka.
Untuk itulah maka pembelajaran berdiferensiasi ini memiliki tujuan untuk menciptakan kesetaraan belajar bagi semua siswa dan menjembatani kesenjangan belajar antara yang berprestasi dengan yang tidak berprestasi. Singkatnya, pembelajaran berdiferensiasi adalah proses pembelajaran yang dibuat sedemikian rupa sehingga siswa merasa tertantang untuk belajar.
Penting untuk dicatat, bahwa beberapa siswa pasti memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang suatu topik belajar tertentu, sedangkan siswa yang lain tidak karena siswa tersebut memiliki pengetahuan yang sama sekali baru dengan topik tersebut. Selain itu, beberapa orang siswa juga memiliki kemampuan pemahaman yang lebih baik dan lebih cepat jika ia mendengarkan penjelasan gurunya secara langsung atau melalui audio, sedangkan beberapa orang siswa lagi dapat belajar secara efektif apabila ia berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, dan beberapa orang siswa lainnya harus menghabiskan waktunya untuk membaca sendiri guna mendapatkan pengetahuan secara utuh dan lebih lengkap. Selain itu, kita juga mungkin memiliki anak-anak yang senang belajar dan berkolaborasi dalam sebuah kelompok kecil, sementara beberapa anak lainnya lebih suka belajar secara mandiri.
Adanya perbedaan-perbedaan ini mesti disikapi oleh setiap guru dengan cara menampilkan diferensiasi konten dan berbagai pendekatan yang dapat memastikan bahwa semua materi belajar telah disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampuan berbeda.
Ada empat faktor yang ikut berperan dalam meningkatkan pembelajaran yang berbeda ini, yakni: konten, proses, produk, dan lingkungan belajar. Pada prinsipnya, dalam pembelajaran berdiferensiasi ini, tujuan pembelajaran di kelas mesti sama meskipun bahan ajar, penilaian, dan metode penyampaiannya bisa berbeda berdasarkan kebutuhan masing-masing siswa.
Metode Pembelajaran Berdiferensiasi
Seperti telah disebutkan di depan, guru dapat membedakan pembelajaran itu dalam empat cara, yaitu:
Konten
Isinya adalah materi pembelajaran itu sendiri. Hal ini dapat dibedakan dalam beberapa cara. Pertama, siswa memiliki tingkat penguasaan atau pengetahuan yang berbeda terhadap suatu mata pelajaran. Beberapa orang siswa mungkin tidak memiliki pengetahuan sebelumnya tentang materi pelajaran itu, beberapa orang siswa mungkin memiliki pengetahuan secara parsial, dan beberapa orang siswa lainnya mungkin telah menguasai pengetahuan tentang materi pelajaran itu.
Kedua, gaya belajar peserta didik juga berbeda-beda. Ada pembelajar visual, auditori, dan kinestetik. Seorang pembelajar visual tentu dapat dengan mudah memperoleh pengetahuan baru melalui representasi visual dari topik pelajaran tertentu. Di sisi lain, pembelajar auditori akan lebih mampu memahami topik secara lebih baik, ketika ia mendengarkan melalui audio atau penjelasan lisan dari guru. Sedangkan pembelajar kinestetik, seorang siswa akan lebih cepat memahami ketika ia dapat berpartisipasi secara fisik dalam proses pembelajaran.
Nah, memasukkan pengetahuan dan pemahaman tentang hal ini ke dalam pengajaran, tentu akan sangat membantu seorang guru dalam mengembangkan berbagai konten dan bahan ajar yang dapat menjangkau setiap siswa.
Proses
Proses ini berbicara tentang bagaimana seorang guru dapat memberikan instruksi yang tepat kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu, penilaian berkelanjutan selama pembelajaran juga akan membantu guru dalam memahami apakah setiap siswa telah belajar dengan kemampuan terbaik mereka atau tidak.
Guna menentukan proses dan model pembelajaran yang sesuai bagi siswa tersebut, maka guru harus memahami minat, kemampuan, dan tingkat pengetahuan setiap siswa. Mengapa demikian? Karena setiap siswa itu sesungguhnya memiliki cara belajar masing-masing yang bersifat khas dan unik.
Ada banyak contoh untuk membuktikan hal itu. Dalam satu kelas saja, kita pasti akan menemui beberapa siswa yang dapat belajar dengan baik apabila ia mendengarkan instruksi berbasis audio atau mendengarkan suara gurunya secara langsung. Sebaliknya bagi siswa yang lain, mendengarkan penjelasan guru saja tidak cukup, mereka juga harus membaca penjelasan tersebut secara berulang-ulang. Sedangkan beberapa orang siswa lainnya, akan dapat belajar dengan baik melalui manipulasi objek terkait dengan konten tersebut. Selain itu, ada juga beberapa orang siswa yang lebih suka bekerja sendiri, sementara yang lainnya lebih suka belajar secara kolaboratif dan berbasis kelompok.
Dengan demikian, memahami kebutuhan setiap siswa di awal pembelajaran, tentu akan sangat membantu seorang guru dalam menciptakan proses pembelajaran yang berbeda dan membantu para siswa untuk dapat belajar secara efektif dan menyenangkan.
Terakhir, proses pembelajaran yang layak diterapkan oleh seorang guru adalah kemampuan dalam mendemonstrasikan cara pemecahan masalah, lalu melangkah mundur agar siswa mampu mereplikasi proses tersebut sambil terus menawarkan dukungan seiring dengan kemajuan belajar para siswa.
Produk
Aspek ini melibatkan metode yang digunakan oleh guru dalam mengetahui tingkat penguasaan materi atau bahan ajar dari setiap siswa. Untuk mengetahui penguasaan materi itu, seorang guru dapat melakukannya dengan cara melakukan tes, meminta siswa untuk menuliskan laporan tentang topik-topik berdasarkan materi pelajaran, dan lain-lain.
Namun apapun cara itu, metode penilaian terbaik adalah metode yang cocok dengan tingkat minat intelektual masing-masing siswa dan cara belajar yang mereka sukai. Misalnya, cara yang baik untuk menguji pembelajar kinestetik adalah melalui penilaian praktis, sedangkan pembelajar auditori adalah dengan melakukan penilaian verbal atau lisan.
Selain itu, siswa yang baru mengenal suatu topik mungkin tidak dapat menjawab pertanyaan sebaik mereka yang memiliki pemahaman topik yang lebih baik. Oleh karena itu, pendekatan diferensiasi produk ini akan memberikan kepada siswa berbagai pilihan untuk menunjukkan tingkat pemahaman mereka terhadap pelajaran secara individual.
Lingkungan belajar
Secara umum ada dua lingkungan belajar bagi seorang siswa, yaitu lingkungan belajar yang dapat meningkatkan pembelajaran mereka dan lingkungan belajar yang dapat merusak pembelajaran mereka. Lingkungan belajar yang tenang dan kondusif akan mampu meningkatkan hasil belajar, sedangkan lingkungan belajar yang bising akan dapat mengurangi konsentrasi dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
Selain itu penting juga untuk dipahami, pada saat mempertimbangkan faktor kontekstual untuk meningkatkan pembelajaran berdiferensiasi ini, maka desain ruang kelas harus diatur sedemikian rupa dan fleksibel untuk mendukung kerja kelompok dan kolaborasi, serta untuk mendorong dan memfasilitasi para siswa yang lebih suka bekerja secara individual dan sendiri-sendiri. Terakhir, faktor lingkungan seperti pencahayaan, suasana kelas, ukuran kelas, pengaturan papan, dan.lain-lain, semuanya harus berkontribusi pada pencapaian prestasi belajar siswa.
Manfaat Pembelajaran Berdiferensiasi
Di bawah ini adalah beberapa manfaat dari implementasi pembelajaran berdiferensiasi bagi siswa, yaitu:
Pertumbuhan yang sama bagi semua siswa
Pada prinsipnya, pembelajaran berdiferensiasi diadopsi untuk mendukung setiap siswa dalam perjalanan belajar mereka. Metode ini adalah cara untuk menjangkau dan mempengaruhi setiap siswa di semua tingkatan. Oleh karena itu, secara individu, seorang guru harus dapat meningkatkan minat siswa dalam proses belajar dan mengarahkan mereka untuk mewujudkan potensi belajar mereka secara optimal.
Pembelajaran yang menyenangkan
Ketika guru mengadopsi serangkaian strategi pembelajaran yang selaras dengan tipe belajar siswa, maka siswa akan merasakan betapa belajar itu terasa mudah dan menyenangkan.
Pembelajaran yang dipersonalisasi
Pembelajaran berdiferensiasi ini adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru hanya mengembangkan pelajaran mereka berdasarkan tingkat pengetahuan, preferensi belajar, dan minat siswa.
Oleh karena itu, lingkungan belajar di sekolah harus bisa mendukung para siswa untuk belajar secara kelompok maupun sendiri-sendiri. Selain itu, konten atau materi pengajaran yang disiapkan oleh guru dapat mencakup format-format seperti: audio, video, dan praktik, dalam upaya memastikan pembelajaran yang dipersonalisasi itu tepat untuk setiap siswa.
Tantangan Pembelajaran Berdiferensiasi
Manfaat pembelajaran berdiferensiasi sudah sangat jelas, tetapi ada beberapa tantangan yang terkait dengan pembelajaran ini, yaitu:
Faktor waktu
Meskipun pembelajaran berdiferensiasi adalah cara yang menyenangkan untuk mengajar, namun hampir dipastikan para guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk
fokus pada setiap siswa secara individual.
Hal ini dikarenakan setiap sekolah sudah mengalokasikan waktu untuk setiap guru dan mata pelajarannya masing-masing. Dan untuk itu, sangat mungkin bagi guru untuk tidak memiliki waktu yang cukup guna menilai tingkat pengetahuan siswa atau mengelompokkannya sesuai dengan pengetahuan dan preferensi belajar masing-masing siswa.
Tekanan tinggi
Implementasi pembelajaran berdiferensiasi ini melibatkan banyak proses, mulai dari pra-penilaian hingga penilaian berkelanjutan, mulai dari perencanaan konten hingga proses pengajaran, dan lain-lain. Hal ini tentu saja dapat membuat guru merasa kewalahan. Selain itu, guru juga harus melayani para siswa baik secara individual maupun kelompok. Kondisi seperti ini tidak mungkin dilakukan oleh guru dengan jumlah siswa yang begitu banyak di kelasnya.
Biaya tinggi
Untuk memfasilitasi pembelajaran berdiferensiasi, sekolah harus memiliki akses ke berbagai sumber daya dan bahan ajar untuk mendukung pembelajaran setiap siswanya. Selain itu, sekolah juga harus menyediakan materi pelajaran untuk setiap topik. Jelas hal ini tentu akan membutuhkan dukungan keuangan secara berkelanjutan yang mungkin tidak dapat dipenuhi semua oleh banyak sekolah.